Keputusan impor di bulan Desember tidak tepat dan menyakiti hati petani, demikian pendapat Guru Besar IPB, Prof. Dr. Andreas, sekaligus Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indoensia (AB2TI). Prof Andreas selanjutnya menegaskan bahwa ketersediaan beras di pasar pada akhir tahun 2022 masih ada 1.7 ton menurut catatan BPS. Selama 4 bulan mulai Maret hingga Juni, petani mengalami banyak kerugian karena harga beras dibawah HPP. Seharusnya kenaikan harga beras yang ada dilapangan tidak menjadi urgensi untuk melakukan impor karena sesungguhnya stok beras masih ada.
Keputusan untuk melakukan Impor juga tidak tepat karena jika keputusannya di bulan Desember maka beras akan datang kira-kira bulan Februari dan ini sekali lagi bersamaan dengan masa panen petani. Keputusan ini sekali lagi tidak berpihak pada petani. Lebih lengkapnya ikuti tayangan B-TALK Kompas TV!